Senin, 07 Juni 2010

KABANJAHE SEMAKIN SEMRAWUT, TROTOAR DIJADIKAN TEMPAT BERJUALAN



KABANJAHE SEMAKIN SEMRAWUT, TROTOAR DIJADIKAN TEMPAT BERJUALAN

KABANJAHE,BERSAMA

Kota Kabanjahe semakin hari semakin semrawut saja dan jauh dari kenyamanan terutama di kawasan Pusat Pasar. Di sepanjang Jalan Kapten Bangsi Sembiring setiap harinya sejak Bulan Mei sampai Senin (7/6) para pedagang kaki lima semakin berani berjualan di badan jalan dan di trotoar. Umumnya pedagang ini adalah yang menjual makanan kecil dan jajanan dengan menggunakan kereta dorong.
Sedangkan di pagi hari umumnya yang memanfaatkan lokasi tersebut adalah pedagang yang menjual berbagai kebutuhan bahan makanan untuk keperluan rumah tangga seperti sayuran.
Beberapa warga kepada wartawan menyayangkan sikap dan keberanian pedagang ini berjaualan tidak pada tempatnya. Apalagi pada jam sibuk di sore hari maka kemacetan kerap terjadi. Salah seorang warga Kabanjahe Dian Depari mengutarakan sejak tahun 2010 Pemkab Karo terlihat membiarkan kondisi tersebut dan masyarakat melihat kondisi ini dijadikan untuk mencari keuntungan bagi pihak-pihak tertentu.
“ Seharusnya Bapak Bupati DD Sinulingga dapat melihat keadaan ini dan melakukan penertiban atau mengalihkan pedagang berjualan ke tempat yang lebih layak. Jika tidak ini akan membuat kesan Kabanjahe sebagai Kota yang macet, semrawut dan tidak nyaman untk dikunjungi” ujar alumni Akutansi Usu ini lagi.
Sejalan dengan hal di atas, wartawan juga heran mengapa Pemkab Karo juga tidak membuat langkah-langkah penertiban atau menurunkan petugas di lapangan. Karena jalan tersebut fungsinya untuk pejalan kaki bukan untuk tempat berjualan, tentunya Dinas Perhubungan, Satpol PP dan Dinas Pendapatan dapat berkoordinasi untuk menegmebalikan funsinya ke tempat semula. Bukankah sudah ada Perda yang mengatur hal tersebut dan harus ditaati? Jika tidak maka sama saja dengan melakukan pekerjaan yang sia-sia dan masyarakat akan semakin tidak percaya kepada pihak pemerintah.

B 25/KAL
KETERANGAN FOTO :
Jalan Kapten Bangsi Sembiring dijadikan pedagang kaki lima tempat berjualan di badan jalan dan di trotoar.

FOTO BERSAMA : KALVIN

Jumat, 04 Juni 2010

SENSIVERA PRIMADONA TOKO BUNGA BERASTAGI


SSENSIVERA PRIMADONA TOKO BUNGA BERASTAGI

OLEH : KALVIN GINTING WARTAWAN HARIAN BERSAMA


Wajarlah bila Kabupaten dikenal sebagai salah satu tempat tujuan wisata mengingat begitu banyaknya objek yang ada dan dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disamping panorama alam yang indah, Di seputaran Berastagi tepatnya di Jalan Jamin Ginting lintas Medan-Kabanjahe, dekat Taman Hutan Raya Bukit Barisan terdapat berjejer toko bunga dan tanaman hias yang siap menawarkan berbagai aneka kembang kepada konsumen.
Tanaman hias yang ditawarkan juga beraneka ragam dari jenis, warna sampai kepada harganya. Untuk tanaman local yang ditawarkanadalah bunga yang berwarna cerah dan biasa dijadikan sebagai penghias di dalam dan di luar ruangan. Jenisnya seperti keladi hias, bunga salju sampai kepada pohon pinus yang dibonsai. Bahkan untuk tanaman buah tersedia dengan jenis strawberi, tomat hias dan paprika.
Tetapi disamping tanaman local saat sekarang ini yang paling dicari penggemar tanaman hias adalah bunga dari luar negeri yang didatangkan dari Negara “gajah putih “ yaitu tanaman hias Sansiviera. Sansevieria atau lidah mertua adalah marga tanaman hias yang cukup populer sebagai penghias bagian dalam rumah karena tanaman ini dapat tumbuh dalam kondisi yang sedikit air dan cahaya matahari. Sansevieria memiliki daun keras, sukulen, tegak, dengan ujung meruncing.
Menurut pemilik took bunga hias Karunia Nande Br Karo kepada wartawan rata-rata pembeli yang datang ke tempatnya akan segera tertarik dan membeli tanaman ini walaupun harus merogoh kocek sampai ratusan ribu rupiah untuk satu potnya. Ditambahkannya juga Sanseiveria tak hanya sebagai tanaman hias, tetapi juga memiliki manfaat untuk menyuburkan rambut, mengobati diabetes, wasir, hingga kanker ganas. Sementara seratnya digunakan sebagai bahan pakaian. Di Jepang, Sanseiveria digunakan untuk menghilangkan bau perabotan rumah di ruangan. Dibanding tumbuhan lain, Sanseivieria memiliki keistimewaan menyerap bahan beracun, seperti karbidioksida.
Sanseiveria dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang tumbuh memanjang ke atas dengan ukuran 50-75 cm dan jenis berdaun pendek melingkar dalam bentuk rotet dengan ukuran 8cm dan lebar 3-6 cm. Kelompok panjang memiliki daun meruncing seperti mata pedang, dan karena ini ada yang menyebut Sanseiviria sebagai tanaman pedang-pedangan.
Salah seorang pembeli yang kebetulan bersama penulis berbelanja Rostine Br Manullang dirinya sangat tertarik dengan bunga sanseiveria walaupun baru pertama melihat di Berastagi. Dengan semangat Direktur Akper Gleni yang sedang ikut pelatihan dari Kopertis NAD-Sumut inipun langsung membeli tanaman tersebut di sela-sela waktu istirahat.
Menurut pemilik toko, penyebab mahalnya harga tanaman tersebut adalah karena bibitnya masih di datangkan dari luar negeri. Sekarang ini beberapa petani telah mencoba menangkarkannya dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Sebab keuntungan sangat menjanjikan dari tanaman yang sering juga disebut sebagai bunga mahal ini.
Nah bagi pembaca yang hobi mengoleksi tanaman hias terutama bunga tropis tidak ada salahnya singgah dan membeli di Berastagi.


KETERANGAN FOTO :
Toko bunga dan tanaman hias yang menyediakan sanseiveria di Jalan Medan-Berastagi bagi wisatawan.

FOTO BERSAMA : KALVIN GINTING

TERMINAL BERASTAGI BERALIH MENJADI TEMPAT BERJUALAN


TERMINAL BERASTAGI BERALIH MENJADI TEMPAT BERJUALAN

BERASTAGI,BERSAMA
Pemkab Karo di bawah Bupati Drs.DD Sinulingga tampaknya harus melakukan tindakan nyata untuk mengembalikan fungsi terminal Berastagi sebagaimana seharusnya. Sebab sampai sekarang pedagang kaki lima masih saja memanfaatkan tersebut untuk berjualan dan meraih rejeki, padahal hal ini sangat menyalahi peraturan daerah (Perda ) nomor 6 Tahun 2006 dengan tegas melarang fasilitas umum seperti terminal sebagai tempat berjualan di pasal 6.
Menarik memang melihat fenomena ini sebab wilayah terminal adalah wilayah atau ruangan public yang pasti ramai dilalui oleh manusia dan akan menciptkan transaksi ketika seseorang melakukan perdaganagn jual beli barang setiap harinya..
Sampai, Jumat (4/6) di Kota Turis Berastagi dimana semakin banyak pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar sepanjang Jalan Veteran dan terminal. Hal ini tentunya sangat disayangkan, melihat Berastagi salah sebagai satu Daerah Tujuan Wisata. Apalagi juga terlihat angkutan kota maupun angkutan pedesaan yang seharusnya menggunakan fasilitas tersebut harus bergeser atau menggunakan lahan yang sempit.
Dalam hal ini ada berbagai instansi yang terkait yang harus melakukan kerjasama, mulai dari Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan melalu Kantor Pasar Berastagi,Kantor Camat Berastagi dan Satpol PP sebagai penegak Perda. Jika dibaiarkan maka penduduk Tanah Karo akan kecewa terhadap penguasa.
B 25/KAL
KETERANGAN FOTO :
Terminal Berastagi yang dipenuhi oleh pedagang kaki lima dan melanggar Perda.
FOTO BERSAMA : KALVIN GINTING