Selasa, 29 Maret 2011
MENJADIKAN KABUPATEN KARO PUSAT AGROBISNIS DI SUMATERA UTARA
MENJADIKAN KABUPATEN KARO PUSAT AGROBISNIS DI SUMATERA UTARA
OLEH : KALVIN GINTING
Dalam beberapa pekan terakhir ini seluruh mata dunia tertuju kepada bencana alam gempa bumi yang diikuti tsunami di Jepang. Kemudian mengakibatkan kerusakan reaktor nuklir di Fukushima. Tidak hanya itu, reaktor nomor 3 dari lima reaktor pembangkit listrik tersebut kemudian meledak dan mengepul sehingga partikel nuklir terbang ke udara dan membuat radiasi meningkat.
Efek dari radiasi nuklir tersebut membuat dampak yang membahayakan ke seluruh makhluk hidup. Disamping efek langsung ke tubuh manusia, pancaran radioaktif juga dapat mengenai ke tanaman dan sayuran sehingga akan mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi kesehatan tubuh bila mengkonsumsi hasil pertanian tersebut.
Pemerintah Jepang sendiri telah menetapkan sebuah pengumuman agar tidak mengkonsumsi air, demikian juga sayuran dari sekitar daerah yang masuk dalam radius radiasi dari reaktor nuklir yang meledak. Tindakan yang tegas serta standar tinggi aturan konsumsi sayuran yang ditetapkan pemerintah Jepang telah membuat para petani di negara matahari terbit rela menghanguskan sayuran mereka.
Kondisi ini tentunya menjadi peluang pasar yang sangat baik bagi sayur mayur dari Sumatera Utara untuk menjadikan Jepang sebagai tempat pemasaran. Atau memasok holtikultura ke negara-negara yang selama ini sangat bergantung kepada Jepang sebagai produsen seperti Taiwan, Hongkong,Eropa dan Amerika Serikat sampai dua atau tiga tahun ke depan. Yang diperlukan sekarang adalah membuat sebuah sentra pengemasan dan pengepakan hasil pasca panen yang berkualitas unggul di Kabupaten Karo atau dengan kata sederhana membuat pusat agrobisnis sebelum di ekspor melalui pelabuhan Belawan.
Kabupaten Karo telah menjadi sentra produsen sayuran di Sumatera Utara dan juga salah satu terbesar di Indonesia luar pulau Jawa. Berbagai jenis holtikultura, buah dan bunga dapat tumbuh dengan subur di daerah yang beriklim sejuk dikelilingi oleh pegunungan dan dua gunung berapi. Sebagi bahan perbandingan bagi pembaca, untuk menghasilkan buah dan sayur yang berkualitas baik, dengan ukuran yang besar, warna menarik, rasa yang lezat bukan sesuatu yang sukar bagi seluruh petani Karo. Misalnya untuk menghasilkan kol/kubis dengan ukuran besar dan bulat,berat 3 kilogram per pokok, rasa yang gurih, warna yang menarik dapat dilakukan dalam waktu 3 Bulan di wilayah Kecamatan Simpang Empat,Namanteran, Tiga Panah,Dolat Rakyat,Berastagi,Kabanjahe.
Pasca pelantikan seorang pengusaha Karo, DR(HC) Kena Ukur Surbakti/Terkelin Brahmana menjadi Kepala Daerah Kabupaten Karo memberikan sebuah harapan dan optimisme peluang tersebut dapat segera ditindaklanjuti dan diwujudnyatakan. Beberapa kawasan dapat dijadikan sebagai lahan misalnya di Kecamatan Simpang Empat – Berastagi mengingat kondisi infrastruktur jalan juga baik. Dengan demikian sekiranya truk kontainer yang menjadi alat pengangkut dapat melewati jalan tersebut.
Bupati Karo kiranya sesegera mungkin melakukan koordinasi dengan dinas terkait yaitu Dinas Pertanian dan Perkebunan,Badan Penyuluh Pertanian, Dinas Koperasi,Perindustrian dan Perdagangan untuk memanfaatkan momentum “efek kebocoran reaktor nuklir Jepang” demi perubahan dan meningkatnya kesejahteraan petani yang menjadi mata pencaharian utama rakyat.
Jika ini terealisasi maka Kabupaten Karo akan menjadi kawasan investasi yang terbesar dalam bidang pertanian di Sumatera Utara dengan nilai yang dapat mencapai angka trilyunan rupiah. Keoptiimisan muncul karena sebagai pebisnis Bupati Karo tidak akan memperlambat prosedur administrasi pengurusan izin dan memberikan kemudahan bagi pengusaha menanamkan modalnya. Kepercayaan sebagai syarat utama dalam dunia bisnis juga sangat tinggi bagi DR (HC) Kena Ukur Surbakti dari kalangan dunia usaha berdasarkan latar belakang hidupnya.
Sekedar membuka ingatan pembaca, pada tahun 2006-2007 DR(HC) Kena Ukur Surbakti yang lebih dikenal dengan pengusaha “Karo Jambi” berhasil menstabilkan harga jagung para petani di daerah tersebut dengan membeli langsung dari petani pada kisaran Rp.2000/kilogram. Padahal sebelumnya harga jagung relatif fluktuatif dan tidak stabil antara panen raya dan non panen raya.Terciptanya kondisi tersebut juga dikarenakan DR(HC) Kena Ukur Surbakti mempunyai kemampuan modal untuk membeli hasil dari ladang petani. Ditambah juga beliau mempunyai rekan bisnis atau dalam pemasaran jagung tersebut ke luar negeri. Dan terutama sebagai pengusaha dan pebisnis beliau mempunyai mental, sifat mau menolong petani Tanah Karo di daerah Singalor Lau, atau dengan kata lain peka terhadap penderitaan rakyat serta sifat sosial menolong sesama yang tinggi.
Apresiasi yang tinggi dari kalangan pengusaha keturunan dari etnis Tionghoa juga nilai poin tersendiri bagi Bupati Karo. Tanpa adanya dukungan dari mereka maka komoditi holtikultura, buah dan bunga Tanah Karo akan mandeg dan mancapai negara tujuan ekspor melalui berbagai pihak perantara.
Sementara dari Plt. Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjo Nugroho ST sangat mendukung program peningkatan ekspor pertanian. Awal Maret lalu di halaman Rumah dinas Bupati karo beliau mengharapkan agar total ekspor sayur mayur dapat ditingkatkan lebih dari 30%. Sekaligus mengharapkan agar komoditi Karo dan Simalungun dapat kembali menguasai pasaran di area perdagangan transit antar benua Singapura layaknya beberapa tahun yang silam. Untuk itu beliau telah memprogramkan peningkatan infrastruktur jalan dan pelabuhan Belawan. Beliau juga mengharapkan dukungan DPRD SU agar lebih memprioritaskan pembangunan pertanian.
Dari hal tersebut di atas wajar kiranya Kabupaten Karo harus memulai pembangunan pusat agrobisnis di Sumatera Utara. Bukan tidak mungkin pada beberapa waktu ke depan tidak hanya sebagi pusat agrobisnis, bahkan industri pengolahan dari bahan segar(baku) menjadi bahan setengah jadi atau bahan yang siap dikonsumsi.
KETERANGAN FOTO :
Plt. Gubsu Gatot Pudjo Nugroho ST dan Bupati Karo DR(HC) Kena Ukur Surbakti dalam launching ekspor sayur mayur ke Singapura di Kabanjahe. Perlu dibuat pusat agrobisnis di Tanah Karo sebelum dikirm ke luar negeri.
FOTO : KALVIN GINTING
Senin, 28 Maret 2011
MENANTI TEROBOSAN BUPATI KARO DR(HC) KENA UKUR SURBAKTI MENATA KOTA KABANJAHE DAN BERASTAGI
MENANTI TEROBOSAN BUPATI KARO DR(HC) KENA UKUR SURBAKTI MENATA KOTA KABANJAHE DAN BERASTAGI
OLEH: KALVIN GINTING
Pasca pelantikan DR (HC) Kena Ukur Surbakti/Terkelin Brahmana SH sebagai Bupati/Wakil Bupati Karo periode 2011-2016 masyarakat Kota Kabanjahe dan Berastagi sangat menantikan terobosan nyata dalam menata tata ruang kota yang telah semrawut. Beberapa masalah yang memerlukan penanganan segera adalah penataan pusat pasar, terminal, kemacetan serta kerusakan infrastruktur di pemukiman penduduk.
Untuk pusat pasar yang menjadi urat nadi perekonomian di kedua kota tersebut kondisinya sangat memprihatinkan. Tidak tertibnya kios atau pedagang ditambah mendesaknya pembangunan pasca kebakaran beberapa tahun yang silam menjadi pekerjaan rumah bagi kedua pemimpin tersebut. Untuk Kota Berastagi letak pusat pasar yang berdampingan dengan terminal telah memunculkan masalah baru. Banyak pedagang kaki lima yang telah menggunakan terminal sebagai tempat berjualan padahal volume kenderaan angkutan umum juga bertambah sehingga saban hari menimbulkan kemacetan dan kesemrawutan.
Sebagai seorang pengusaha yang mempunyai kemampuan bernegosiasi yang tinggi (lobi) masyarakat optimis Bupati Karo akan dapat memberikan perubahan dan membangun infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat. Melalui pendekatan baik kepada pemerintah pusat, provinsi agar mengucurkan dana pembangunan pusat pasar dari APBN,APBD Provinsi maupun APBD Karo sendiri. Selanjutnya melakukan pendekatan kepada warga agar tidak berjualan pada tempat yang dilarang serta mengusahakan area pusat pasar yang baru guna penampungan pedagang kaki lima.
Bupati/Wakil Bupati juga diyakini akan dapat mengatasi persoalan kemacetan dengan membuat peraturan yang baru serta memerintahkan kepada dinas perhubungan, satpol pamong praja agar bertugas di lapangan secara disiplin bukan ‘kucing-kucingan”. Ditambah lagi dengan sosoknya yang murah senyum dan familiar sang Bupati akan dapat berkomunikasi dengan seluruh PNS agar dapat bekerja dan melayani masyaraktn semaksimal mungkin.
Terutama di Kota Kabanjahe dan Berastagi, PNS yang selama ini mulai kurang disiplin dapat kembalai disiplin. Sebab bagaimanapun juga kedua kota tersebut mempunyai fungsi strategi baik dari sisi pemerintahan sebagai pusat pemerintahan maupun sisi pariwisata sebagai ikon daerah tujuan turis di Sumatera Utara. Kepada Camat di wilayah ini Bupati Karo kiranya dapat langsung memberikan perintah dan memulai program baru sehingga wajah Kabupaten Karo tersebut dapat kembali asri,indah,bersih,nyaman. Masyarakat akan mengikuti semua program pemrintah bila itu demi kebaikan bukan untuk kesengsaraan sehingga ada perubahan nyata semenjak pemimpin baru tiba.
Bahkan pada masa mendatang piala adipura sebagai lambang supremasi kota terbersih di Indonesia akan dapat diraih kembali. Selain itu perekonomian masyarakat akan kembali meningkat sehingga Kabupaten Karo dapat lebih berbicara lagi di Sumatera Utara.
KETERANGAN FOTO :
Bupati Karo DR (HC) Kena Ukur Surbakti dan Camat Kabanjahe Drs.Lesta Karo-Karo diharapkan kembali menata Kota Kabanjahe.
FOTO : KALVIN GINTING
MANAJEMEN SAMPAH RUMAH SAKIT
MANAJEMEN SAMPAH RUMAH SAKIT
Dari 64 rumah sakit tipe A hingga Tipe D, ditambah rumah sakit bersalin dan klinik-klinik di Kota Medan, sangat sedikit yang melakukan menajemen pengelolaan limbahnya dengan baik. Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah pengelolaan sampah dengan baik dan benar.
Sampah yang dikatakan disini adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang. Dan berasal dari kegiatan manusia di dalam lingkungan rumah sakit dan tidak terjadi dengan sendirinya. Umumnya sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, plastik, tisu atau kain perban dalam parawatan pasien hingga sampah yang berasal dari sisa sayuran dari dapur. Namun disini penulis hanya membatasi pada sampah yang dihasilkan dari proses administrasi pasien berupa kertas dan barang plastik yang kerap terjadi di rumah sakit.
Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan pengelolaan sampah yang baik. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan meliputi pengelolaan sumberdaya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tata laksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.
Sistematika pengelolaan sampah di rumah sakit dapat dijabarkan dalam beberapa tahapan meliputi pemilahan dan pengemasan,pengumpulan dan pengangkutan,penampungan dan penyimpanan,pengolahan atau pemusnahan,kemudian pembuangan akhir. Dalam pemilahan sampah dibedakan antara samapah cair,padat dan gas dengan tujuan mengurangi kuantitas limbah infeksius, mengurangi muatan dan biaya pengelolaan, kebersihan lingkungan dapat ditingkatkan serta terhindar dari pajanan limbah.
Selanjutnya sampah yang umumnya terdiri dari kertas, kapas,perban, plastik, kertas karbon dimasukkan ke dalam wadah yang dilapisi kantong plastik warna kuning didalamnya. Setelah dua per tiga penuh, kantong plastik diikat dan dipindahkan ke dalam troli atau kereta pengangkut barang. Bagi petugas kebersihan diwajibkan menggunakan alat pelindung diri berupa masker,sarung tangan, pakaian pelindung dan sepatu khusus selama melaksanakan pemilahan dan pengemasan.
Pada tahap pengumpulan dan pengangkutan kantong plastik yang sudah berada di atas troli dibawa melalui jalur yang telah ditentukan menuju tempat penyimpanan sementara. Oleh karenanya harus dipastikan troli tertutup dengan baik selama perjalanan guna mencegah tumpahan sampah yang telah dikumpulkan. Langkah berikutnya masukkan kantong plastik ke dalam kontainer penyimpanan sementara yang selalu dalam keadaan tertutup. Umumnya kontainer ini mirip dengan bak sampah umumnya atau truk sampah dari dinas kesersihan.
Pada Tahap akhir sampah-sampah dari rumah sakit dapat dimusnahkan atau dibakar dengan menggunakan alat yang dinamakan incinerator, autoclave, dan microwave. Kesemuanya memiliki kelebihan dan kelemahan ditambah alat pemusnah tersebut memiliki harga yang mahal. Namun bukan menjadi alasan bagi pihak rumah sakit untuk tidak mengelola sampahnya dengan baik.
Menurut hemat penulis, yang diperlukan saat sekarang ini adalah keinginan dan mental yang kuat untuk melaksanakan kebersihan dan manajemen sampah. Sehingga setiap konsumen atau pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan akan terkesan dan takjub terhadap rumah sakit yang dikunjunginya. Sehingga ini menjadi kredit poin tersendiri atau nilai lebih bagi Kota Medan. Kiranya tulisan ini dapat menambah wawasan pembaca dan dapat diaplikasikan oleh pihak industri peryumahsakitan di Sumatera Utara umumnya dan Medan Khususnya sehingga pasien percaya berobat di rumah sendiri bukan di negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Wassalam.
( Penulis adalah mahasiswa Pasca Sarja ARS A FKM USU)
Dari 64 rumah sakit tipe A hingga Tipe D, ditambah rumah sakit bersalin dan klinik-klinik di Kota Medan, sangat sedikit yang melakukan menajemen pengelolaan limbahnya dengan baik. Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah pengelolaan sampah dengan baik dan benar.
Sampah yang dikatakan disini adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang. Dan berasal dari kegiatan manusia di dalam lingkungan rumah sakit dan tidak terjadi dengan sendirinya. Umumnya sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, plastik, tisu atau kain perban dalam parawatan pasien hingga sampah yang berasal dari sisa sayuran dari dapur. Namun disini penulis hanya membatasi pada sampah yang dihasilkan dari proses administrasi pasien berupa kertas dan barang plastik yang kerap terjadi di rumah sakit.
Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan pengelolaan sampah yang baik. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan meliputi pengelolaan sumberdaya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tata laksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan.
Sistematika pengelolaan sampah di rumah sakit dapat dijabarkan dalam beberapa tahapan meliputi pemilahan dan pengemasan,pengumpulan dan pengangkutan,penampungan dan penyimpanan,pengolahan atau pemusnahan,kemudian pembuangan akhir. Dalam pemilahan sampah dibedakan antara samapah cair,padat dan gas dengan tujuan mengurangi kuantitas limbah infeksius, mengurangi muatan dan biaya pengelolaan, kebersihan lingkungan dapat ditingkatkan serta terhindar dari pajanan limbah.
Selanjutnya sampah yang umumnya terdiri dari kertas, kapas,perban, plastik, kertas karbon dimasukkan ke dalam wadah yang dilapisi kantong plastik warna kuning didalamnya. Setelah dua per tiga penuh, kantong plastik diikat dan dipindahkan ke dalam troli atau kereta pengangkut barang. Bagi petugas kebersihan diwajibkan menggunakan alat pelindung diri berupa masker,sarung tangan, pakaian pelindung dan sepatu khusus selama melaksanakan pemilahan dan pengemasan.
Pada tahap pengumpulan dan pengangkutan kantong plastik yang sudah berada di atas troli dibawa melalui jalur yang telah ditentukan menuju tempat penyimpanan sementara. Oleh karenanya harus dipastikan troli tertutup dengan baik selama perjalanan guna mencegah tumpahan sampah yang telah dikumpulkan. Langkah berikutnya masukkan kantong plastik ke dalam kontainer penyimpanan sementara yang selalu dalam keadaan tertutup. Umumnya kontainer ini mirip dengan bak sampah umumnya atau truk sampah dari dinas kesersihan.
Pada Tahap akhir sampah-sampah dari rumah sakit dapat dimusnahkan atau dibakar dengan menggunakan alat yang dinamakan incinerator, autoclave, dan microwave. Kesemuanya memiliki kelebihan dan kelemahan ditambah alat pemusnah tersebut memiliki harga yang mahal. Namun bukan menjadi alasan bagi pihak rumah sakit untuk tidak mengelola sampahnya dengan baik.
Menurut hemat penulis, yang diperlukan saat sekarang ini adalah keinginan dan mental yang kuat untuk melaksanakan kebersihan dan manajemen sampah. Sehingga setiap konsumen atau pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan akan terkesan dan takjub terhadap rumah sakit yang dikunjunginya. Sehingga ini menjadi kredit poin tersendiri atau nilai lebih bagi Kota Medan. Kiranya tulisan ini dapat menambah wawasan pembaca dan dapat diaplikasikan oleh pihak industri peryumahsakitan di Sumatera Utara umumnya dan Medan Khususnya sehingga pasien percaya berobat di rumah sendiri bukan di negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Wassalam.
( Penulis adalah mahasiswa Pasca Sarja ARS A FKM USU)
Kamis, 24 Maret 2011
MENDESAK PROGRAM JALAN USAHA TANI DI TANAH KARO
MENDESAK PROGRAM JALAN USAHA TANI DI TANAH KARO
OLEH : KALVIN GINTING
Bupati/Wakil Bupati terpilih yang akan dilantik DR(HC) Kena Ukur Surbakti/Terkelin Brahmana suah mempunyai tugas berat pada lima tahun kepemimpinannya periode 2011-2016. Salah satu program yang sangat mendesak adalah pembangunan infrastruktur jalan usaha tani dan jalan produksi tani. Beberapa Desa di Kecamatan Simpang Empat seperti Ndokumsiroga,Surbakti mengalami kerusakan yang sangat parah sehingga para petani kewalahan dalam mengangkut hasil panen atau membawa pupuk ke ladang mereka.
Memang diakui sarana jalan adalah salah satu hal yang sangat mendesak dan perlu perbaikan di Kabupaten Karo. Dari 17 Kecamatan yang ada hampir seluruhnya masih memerlukan penanganan yang mendesak. Untuk itu sudah saatnya Bupati yang di[ilih langsung oleh rakyat bersama-sam para anggota DPRD yang dipilih oleh rakyat pada pemilu legislatif 2009 yang lalu dapat memperjuangkan hal tersebut melalui APBD.
Sebagai salah satu kebutuhan petani sudah sewajarnya seluruh pihak yang terkait seperti Pemkab melalui Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian dan Perkebunan dapat membuat sebuah langkah nyata yang terencana, terpola, tepat sasaran dalam masa ke depan ini. Seringkali setiap perumusan program pembangunan mulai dari Musrembang di Tingkat Kecamatan sampai Kabupaten prioritas mengenal hal ini terabaikan. Padahal petani ini sudah mengajukan mulai dari musyawarah desa (musdes) dengan harapan beban berat mereka dapat terkurangi lewat adanya infrastruktur yang memadai.
Selama tiga tahun ini beberapa desa telah merasakan manfaat adanya jalan usaha tani yang dibangun melalui program PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM PISEW. Namun jumlahnya masih-masih sangat sedikit atau belum signifikan dibanding dengan luas daerah pertanian di Kabupaten Karo. Dinas Pertanian dan Perkebunan sendiripun mempunya program peningkatan jalan usaha tani atau program peningkatan jalan produksi pertanian tetapi sama dengan hal di atas jumlahnya masih terlalu minim.
Alangkah baiknya bila DPRD yang mewakili pemilihnya yaitu rakyat petani Karo dapat memperjuangkan aspirasi ini. Sebuah harapan yang murni dari rakyat demi peningkatan kesejahteraan mereka di tengah krisis ekonomi dan persaingan bebas terutama antara Cina dan ASEAN.
Analisa keuntungan dari perbaikan jalan usaha tani ini adalah pertama alat transportasi mobil atau pick up dapat langsung menuju lokasi pertanian sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk membawa hasil pertanian dari ladang ke pasar tradisional akan semakin berkurang. Kedua jarak tempuh akan semakin singkat sehingga kualitas produk yang baru dipetik seperti sayuran dan holtikultura atau bauh-buahan dapat diterima konsumen dengan kualitas yang baik dan segar. Ketiga proses transaksi jual beli akan lebih mudah karena pembeli maupun pedagang dapat langsung datang ke lokasi pertanian petani dan melihat produk yang akan dijual. Keempat program pertanian dan peningkatan ketahanan pangan yang sedang digalakkan pemerintah dapat terlaksana karena petugas dapat menuju lokasi lahan dan memberi penyuluhan dapat terjadwal dengan baik. Kelima lokasi pertanian dapat dikembangkan menjadi konsep mix farming dan agrowisata yang tentunya akan menambah pendapatan petani.
Di tahun 2011 seluruh masyarakat Karo sangat mengharapkan ada langkah nyata dari Pemkab Karo terutama Kepala Daerah yaitu DR (HC) Kena Ukur Surbakti/Terkelin Brahmana dan juga seluruh insan terkait tentang realisasi program ini. Sebab bagaimanapun juga ini adalah salah satu hak dasar rakyat yang perlu mendapat perhatian. Jika ada kemauan dan itikad baik maka Pemkab Karo tentunya dapat saja menugaskan Dinas PUD memperbaiki jalan usaha tani dan DPRD Karo dapat melihat prioritas pembangunan dan pengalokasian dana yang tepat sasaran, bukan sebaliknya terjadi kebocoran anggaran dan tidak efektifnya program.
KETERANGAN FOTO :
Jalan rusak ke sentra pertanian di Kecamatan Simpang Empat yang membuat petani harus mengeluarkan biaya produksi ekstra dan menambah penderitaan mereka.
FOTO : KALVIN GINTING
________________________________________
Senin, 21 Maret 2011
KABANJAHE MERAIH PIALA ADIPURA, MUNGKINKAH?
KABANJAHE MERAIH PIALA ADIPURA,
MUNGKINKAH?
OLEH : KALVIN GINTING
Lambang supremasi untuk kebersihan dan kerapian penataan kota di Indonesia yaitu piala Adipura, tampaknya masih jauh dari kota Kabanjahe. Hal ini menjadi pertanyaan bagi Bupati Karo terpilih DR (HC) Kena Ukur Surbakti/Terkelin Brahmana agar dapat mempriritaskan sekaligus konsern terhadap masalah ini. Mengapa? Adapun alasannya adalah sikap dan program Pemkab Karo dalam mewujudkannya masih setengah-setengah. Tidak ada sebuah keinginan dan program yang jelas dari pemerintah apakah itu Bupati, Dinas Kebersihan, Namun beberapa waktu terakhir apresiasi patut kita berikan kepada Camat Kabanjahe Drs.Lesta Karo-Karo yang berupaya menata Kota Kabanjahe, walaupun pelaksanaannya masih memerlukan dukungan dari semua pihak mengingat begitu besarnya kendala yang harus dihadapi di lapangan
Dapat kita lihat saat sekarang ini hampir semua jalan di kota Kabanjahe kondisinya berlobang-lobang tetapi dengan inisiatifnya ditambal dan diperbaiki termasuk membersihkan kolam di bawah patung wanita Karo di persimpangan Jalan Bangsi Sembiring yang penuh dengan Lumpur dan sampah.
Lebih lanjut menurut penulis diperlukan solusi dengan program pemberdayaan seluruh warga Kabanjahe agar menyumbangkan tenaganya seminggu sekali gotong royong dengan gerakan “Jumat Bersih”. Artinya semua masyarakat dilibatkan baik PNS,Polri,TNI,BUMN/BUMD dan swasta dalam menciptakan dan menjaga kebersihan kota . Dengan hal ini akan timbul rasa memiliki dan kebersihan adalah bagian dari budaya warga.
Dan sebagai lambang kepedulian dan komitmen Bupati Karo terpilih dalam memberikan kenyamanan kepada rakyatnya sudah saatnya ada langkah nyata dalam pelaksanaan dan penataan kota Kabanjahe ketika mulai meminpin Kabupaten Karo periode 2011-2016. Ini adalah pembuktian bukan hanya slogan atau kata-kata saja seperti ketika berkampanye dahulu
Perlu Perhatian
Sementara itu pantauan penulis di tugu Adipura Kabanjahe Minggu(13/3) kondisinya sangat memprihatinkan. Bangunan ini tampak tidak terawat dan cat warnanya sudah pudar serta lempengan logam yang berwarna keemasan di tengahnya kotor sehingga menimbulkan kesan buram dan jorok. Pada salah satu bagian tampak empat buah bulatan dan baru terisi satu dengan angka 1996 sedangkan yang lainnya masih kosong.
Beberapa warga yang kebetulan melintas ketika diwawancarai seperti W.Milala (46 thn) warga Simpang Enam Kabanjahe mengatakan bahwa alangkah sayangnya tugu sebagai lambang bukti Kabanjahe pernah meraih piala adipura beerapa tahun silam dibiarkan begitu saja. Dia juga berharap pemda Karo dapat segera memperhatikan kondisi tugu ini katanya.
Kiranya juga langkah yang telah dilaksanakan jajaran pemerintahan di tingkat Kecamatan Kabanjahe dapat disinkronkan dalam program Pemkab Karo dan dananya dapat dianggarkan dalam APBD. Agar tujuan akhir piala adipura kembali datang ke Kabanjahe setelah tahun 1996 dan membuktikan bahwa masyarakat Karo adalah masyarakat yang bersih dan senang terhadap kebersihan,kerapian dan keindahan.
KETERANGAN FOTO :
Camat Kabanjahe Drs.Lesta Karo-Karo pada kegiatan “Jumat Bersih” membersihan kolam di pusat pasar, sebagi langkah awal mengembalikan piala adipura ke Kabupaten Karo.
FOTO : KALVIN GINTING
MARI KITA TINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN KARO
MARI KITA TINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN KARO
OLEH : KALVIN GINTING
Dengan terpilihnya Bupati/Wakil Bupati Karo periode 2011-1016 DR (HC) Kena Ukur Surbakti/Terkelin Brahmana seluruh insane pendidikan mulai dari guru,pemerhati pendidikan dan insan pers yang intens melihat perkembangan pendidikan berharap adanya peningkatan mutu pendidikan mulai dari tingkat dasar,menengah dan pendidikan tinggi. Dengan lahirnya perda ataupun alokasi anggaran yang cukup bagi sector pendidikan sebab selama ini belum pernah ada anggran untuk tunjangan mengajar bagi guru yang mengajar. Yang ada hanya gaji saja.
Sekedar kita menoleh bahwa pendidikan membantu dan memberdayakan manusia untuk membangun daya kekuatan yang kreatif dan mampu melakukan sesuatu. Salah satu aspek individual dari pemberdayaan adalah agar manusia memiliki kemampuan berpikir, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengambil keputusan, memecahkan masalah dan membangun berbagai ketrampilan.
Bagaimana pendidikan itu dijalankan? Pertanyaan ini hampir selalu mengemuka setiap kali masalah pendidikan didiskusikan. Dalam arti luas, pendidikan terjadi melalui tiga upaya utama, yaitu pembiasaan, pembelajaran dan peneladanan. Sinkron dengan hal ini bagaimanakah pendidikan di Karo saat sekarang dan kemana arah pendidikan pada masa mendatang?
Pembiasaan terutama dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yakni pemberian materi mata pelajaran sesuai dengan kurikulum. Menuntut kesiapan guru sebagai pemberi materi dan para pelajar sebagai penerima transfer ilmu pengetahuan. Pelaksanaanya yang berkesinambungan akan menjadi kebiasaan dalam proses pembentukan dan pencetakan generasi Karo yang berkualitas. Ini semua memerlukan kerjasama semua pihak baik pemerintah, DPRD maupun segenap elemen masyarakat meliputi lintas sektoral, budaya, dan ekonomi.
Kedua adalah pembelajaran, yang berarti tidak hanya berkutat di dalam kelas, tetapi juga pembelajaran tentang semua masalah pendidikan yang pernah ada dan muncul di Tanah Karo. Banyak hal yang telah menjadi sebuah bahan bagi kita semua mulai dari SMA plus yang hanya menghasilkan satu angkatan alumni, sebuah SMA yang semua siswanya tidak lulus UN sampai kepada masalah-masalah tidak meratanya guru pada sekolah di daerah pelosok sampai kepada permutasian guru yang menuai protes.
Kalaulah semua pihak berkaca dan mampu mempersepsikan semua kenyataan maka akan didapat bahan bagaimana merumuskan kebijakan pendidikan. Keterkaitan yang jelas dan terpisahkan antara pelaksanaan di lapangan dan kebijakan daerah harusnya disadari oleh pembuatnya. Tak ketinggalan para pelaksana harusnya kembali mengedepankan tanggung jawab moral dalam mengajar para siswa/ i di sekolah.
Ketiga adalah peneladanan yang amat berkaitan dengan citra yang menjadi panutan, entah di luar rumah, sekolah maupun tempat pergaulan. Insan pendidkan mampu manjadi sebuah pandu bagi masyarakat dalam tindak tanduknya dan termasuk di dalamnya kemampuan menguasai materi pembelajaran atau bidang keilmuan (basic Knowledge).
Pengalaman selama ini ketika siswa kelas 3 SMA sederajat mengikuti ujian baik secara nasional maupun tingkat sekolah banyak masih yang harus dibenahi. Menilik dari kualitas soal-soal ujian dibutuhkan keseriusan dan kerja keras untuk dapat menjawabnya. Hanya saja seringkali pihak sekolah juga turut mempermudah pelajarnya dalam menjawab soal demi mengejar reputasi secara kuantitas bukan kualitas. Bukankah hakekat dari ujian adalah sebagai bahan evaluasi tentang apa yang sudah dilakukan selama ini? Untuk melihat sejauh mana kesuksesan serta kegagalan yang terjadi di ruang kelas? Jadi mustikah kita tetap berbuat hal-hal di luar dari yang seharusnya atau tidak boleh dilakukan padahal ini untuk kemajuan pendidikan Kabupaten Karo. Apa kata dunia
Pemkab Karo kedepan dengan pemimpin yang baru terpilih harusnya lebih tegas dalam menerapkan kebijakan dan menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama sesuai dengan misi meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Diknas Karo harusnya mempunyai program-program yang jelas dan ada realisasi pelaksanaanya. Dan kiranya orang – orang yang mengerti dan memahami pendidikanlah yang duduk dalam bidang pendidikan bukan dari bidang ilmu lain. Mengapa? Karena selama ini pihak penguasa lupa akan hal ini, dan hasilnya timbul kesalahpahaman, ketidakpuasan serta menurunnya reputasi pemimpin di mata rakyatnya.
Saatnya kita semua untuk membenahi pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Karo. Sebab sebagai seorang wartawan kritikan itu adalah salah satu bagian dari pembangunan kualitas itu sendiri.
KETERANGAN FOTO : siswa SD sedang belajar di berkelompok sebagai bagian meningkatkan pendidikan Kabupaten Karo.
FOTO : KALVIN GINTING S.KEP
Senin, 14 Maret 2011
MAHASISWA AVANS HOGESCHOOL UNIVERSITY BELANDA STUDI BANDING KE AKPER/AKBID ARTA KABANJAHE
MAHASISWA AVANS HOGESCHOOL UNIVERSITY BELANDA STUDI BANDING KE AKPER/AKBID ARTA KABANJAHE
Kabanjahe
Realisasi dari kerjasama Pemkab Karo-Pemerintah Belanda pada tahun 2010 yang lalu 4 orang mahasiswa AVANS HOGESCHOOL OF APPLIED SCIENCES studi banding ke Akper/Akbid ARTA Kabanjahe, Senin (14/3).
Kedatangan tamu dari Belanda tersebut didampingi oleh Kepaala Dinas Kesehatan dr.Diana Ginting M.Kes, beserta jajaran Dinkes Karo dan disambut oleh seluruh civitas akademika diantaranya Ketua Yayasan ARTA Drs.Andreas Milala MA, Direktur Akper Tambak Barus SKM,MA, staf dosen dan mahasiswa/i.
Dalam kesempatan tersebut juga dilaksanakan orientasi kepada tamu dari Belanda oleh pihak pendidikan oleh Tambak Barus SKM,Madidampingi Kalvin Ginting S.Kep,Ners diantaranya memperkenalkan seluruh staf dosen, meninjau laboratorium, ruang kelas serta mendemonstrasikan metode pengajaran dengan kurikulum nasional tentang pendidikan di perguruan tinggi kesehatan.
Pada acara kuliah umum Direktur Akper Arta mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Pemkab Karo untuk menerima kunjungan institusi pendidikan tinggi dari luar negeri sekaligus tempat studi banding untuk berbagi ilmu. Ditambahkannya juga selama tahun 2010 yang silam telah dua kali menerima kunjungan dan studi banding Universitas dari negara lain yakni California Baptist University Amerika Serikat dan Avans Hogeschool University Belanda sendiri.
Sementara Kadinkes dr.Diana M.Kes dalam paparannya menyampaikan banyak keunggulan pendidikan keperawatan dan kebidanan yang dilaksanakan di Indonesia terutama oleh Akper/Akbid ARTA sendiri. “Untuk itu kita jangan menganggap kita lebih tertinggal atau kita lebih pentar dan maju dari mereka. Mari kita bekerjasama dan saling berbagi ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek di lapangan” tambahnya lagi.
Pada kesempatan yang sama juga Ketua Yayasan Drs.Andreas Milala MA menyampaikan rasa terima kasih kepada tamunya serta mengharapakan selama berada di kampus mereka dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan ketrampilan dalam merawat pasien maupun pelayanan kesehtan di Puskesmas atau di komunitas. (ps)
KAL
KETERANGAN FOTO:
Kadinkes dr.Diana M.Kes dan Ketua Yayasan Drs.Andreas Milala MA, Tambak Barus SKM,MA berfoto dengan rombongan AVANS HOGESCHOOL OF APPLIED SCIENCES
FOTO : KALVIN GINTING
Minggu, 06 Maret 2011
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
A. PENGERTIAN
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
B. ETIOLOGI
Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).
C. FATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
D. MANIFESTASI KLINIS
Demam tinggi 5-7 hari.
Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
E. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
Derajat IV : Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Minum banyak 1,5 liter – 2 liter/24 jam (dengan air teh, gula, susu).
Antipiretik jika terdapat demam.
antikonvulsan jika terdapat kejang.
Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajian Per Sistem
Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
C. Rencana Asuhan Keperawatan.
DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria : - Suhu tubuh antara 36 – 37
- Nyeri otot hilang
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh pasien
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
b. Beri kompres air hangat
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
f. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria : - Input dan output seimbang
- Vital sign dalam batas normal
- Tidak ada tanda presyok
- Akral hangat
- Capilarry refill < 2 detik
Intervensi :
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : - Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria : - klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
h. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.
Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.
e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
D. Evaluasi
1. Suhu tubuh normal
2. Tidak terjadi devisit voume cairan
3. Tidak terjadi syok hipovolemik
4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
5. Tidak terjadi perdarahan
6. Ansietas berkurang/terkontrol
7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
A. PENGERTIAN
Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).
Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
B. ETIOLOGI
Gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).
C. FATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkandemam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).
D. MANIFESTASI KLINIS
Demam tinggi 5-7 hari.
Perdarahan, terutama perdarahan bawah kulit ; ptekie, ekhimosis, hematoma.
Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria.
Mual, muntah, tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.
Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
E. KLASIFIKASI
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II : Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III : Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80 , 120/100 , 120/110, 90/70, 80/70, 80/0, 0/0)
Derajat IV : Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Minum banyak 1,5 liter – 2 liter/24 jam (dengan air teh, gula, susu).
Antipiretik jika terdapat demam.
antikonvulsan jika terdapat kejang.
Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
8. Pengkajian Per Sistem
Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
C. Rencana Asuhan Keperawatan.
DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria : - Suhu tubuh antara 36 – 37
- Nyeri otot hilang
Intervensi :
a. Kaji suhu tubuh pasien
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi
b. Beri kompres air hangat
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil.
c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
f. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria : - Input dan output seimbang
- Vital sign dalam batas normal
- Tidak ada tanda presyok
- Akral hangat
- Capilarry refill < 2 detik
Intervensi :
a. Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b. Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : - Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Monitor keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b. Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e. Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : - TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
- Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
d. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
e. Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria : - klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
a. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
b. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
c. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
d. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
e. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
f. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
g. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
h. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat informasi.
Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria : - melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.
Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien sakit.
e. Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
D. Evaluasi
1. Suhu tubuh normal
2. Tidak terjadi devisit voume cairan
3. Tidak terjadi syok hipovolemik
4. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
5. Tidak terjadi perdarahan
6. Ansietas berkurang/terkontrol
7. orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Langganan:
Postingan (Atom)